Ujung Januari, Pintu Pagi
Pilea
membungkus mata disusuri semarak ilalang
menunduk malu di batas pagi
semburat pipi ranum ingin ku bagi
Sungguh...
sunggingan senyum yang berusaha ku eja
Tipis
Setipis batas yang mengangkangi dimensi kau dan Aku
Itu yang ingin kuutarakan kali ini
kau tahu, ilalang?
Pilea seperti tak kuasa menyemburkan tepung sari.
Karena hujan memaksakan menggugurkan kekasihnya itu
layak seperti aku kehilangan akal sehat barangkali...
Diri...
Dan semburat...
Aku takut mengeja
Aku takut memikirikan
dan aku takut menjalani
Tapi Aku berani...
Berani...
Memberi tahu,
Kalau takutku, Bukan AKU
AKU...
PILEA...
Ilalang...
dan,
Hujan...
Semoga saja
Na, 31/01/13
Pilea
membungkus mata disusuri semarak ilalang
menunduk malu di batas pagi
semburat pipi ranum ingin ku bagi
Sungguh...
sunggingan senyum yang berusaha ku eja
Tipis
Setipis batas yang mengangkangi dimensi kau dan Aku
Itu yang ingin kuutarakan kali ini
kau tahu, ilalang?
Pilea seperti tak kuasa menyemburkan tepung sari.
Karena hujan memaksakan menggugurkan kekasihnya itu
layak seperti aku kehilangan akal sehat barangkali...
Diri...
Dan semburat...
Aku takut mengeja
Aku takut memikirikan
dan aku takut menjalani
Tapi Aku berani...
Berani...
Memberi tahu,
Kalau takutku, Bukan AKU
AKU...
PILEA...
Ilalang...
dan,
Hujan...
Semoga saja
Na, 31/01/13
Tidak ada komentar:
Posting Komentar