Di sini, di dalam angkot dalam perjalanan
pulang menuju kosanku yang nun jauh di sana, aku tiba – tiba terpikir akan petikan bagus dari salah satu
buku yang kupinjam dari BUBU (ternyata tidak hanya denda yang kudapat,
setidaknya ada sedikit hikmah). Petikan itu berbunyi seperti ini:
Kau memang harus memberi, tanpa
berharap mendapat balasan.
Kau harus siap membantu tanpa
harus mengendalikan.
Kau harus percaya tanpa ingin
memanipulasi
Kau harus mencintai – dan kemudian lepaskan
Apakah kalian pernah mencintai?
Mencintai seseorang dengan tulus tanpa mengharapkan apa pun darinya? Berbahagia
akan kesenangannya dan bersedih akan kesedihannya? Mungkin perasaan seperti ini
aneh, dan jarang dihadapi oleh sebagian besar kita, apalagi perempuan
sepertiku. Tapi, itulah yang kuhadapi. Kita sering berprasangka bila ada
sesuatu dalam hati kita dimana kita menjadi tertarik akan seseorang, kita
menyangkanya sebagai sebuah cinta. Di saat yang lain, ketika kita ternyata
tidak mampu memilik orang yang kita cintai, kemudian kita menjadi marah besar
dan (seringnya) membenci orang yang kita cintai tersebut. Aku tidak mengatakan
bahwa semua orang seperti itu, tetapi sebagian besar orang mungkin seperti itu.
Ketika aku mengatakan hal ini pada temanku, bahkan ia pun berkata Buat apa
mencintai orang yang tidak mencintai kita? Cuma ngabis – ngabisin waktu.
Entahlah, tapi inilah caraku mencintainya: Cintai dan lepaskan. Berikan cinta
yang kau punya pada orang yang kau cintai, dan kemudian bersihkan hatimu dari
segala harapan – harapan berlebihan. Lakukan semua hal baik yang ingin kau
lakukan pada orang yang kau cintai, dan serahkan hasilnya pada Sang Pemilik
Hati. Aku mencintainya seperti itu. Perasaanku begitu tenang dan damai, aku
tidak mengharapkan ia akan memberiku balasan akan kebaikan yang kuberikan
padanya karena bagiku hal – hal seperti itu bukanlah hal yang utama. Kini aku
bisa menjadi orang yang lebih ramah, lebih pengertian pada orang – orang di
sekitarku, aku lebih bisa berbuat lebih banyak kebaikan, lebih banyak senyuman bukan
hanya kepadanya, tetapi kepada orang – orang di sekitarku. Cintaku padanya
telah membuatku tidak begitu bersedih ketika mendengar ia bersama orang lain,
karena cintaku tidak dapat dipengaruhi oleh tindakan dari orang yang aku
cintai, atau tindakan dari orang lainnya, karena cintaku hanya akan pergi bila
Sang Pemilik Cinta telah mengizinkannya untuk pergi dari hatiku.
Melalui tulisan kecil ini aku
ingin menunjukkan bahwa cinta bukanlah sesuatu yang negatif. Cinta bukanlah
sesuatu yang banyak menuntut. Mencintai seseorang bukan berarti kita
menghendaki orang yang kita cintai melakukan hal yang sama. Mencintai tidak
selalu harus memiliki. Bila kau bisa memilki orang yang kau cintai, mungkin
begitulah idealnya, tetapi lebih dari itu mencintai berarti kesediaan untuk
berkorban untuk orang yang kau cintai, tentunya selama pengorbananmu itu tidak
melanggar norma yang ada. Mencintai berarti turut memikirkan masalah orang yang
kau cintai, mencintai berarti berempati dan mencoba mendudukkan dirimu pada posisi orang yang kau
cintai dan turut mencarikan solusi baginya bila kau memang bisa melakukannya.
Dan setelah semua hal yang kau lakukan itu, LEPASKAN. Relakan semua yang telah
kau lakukan untuknya. Jangan pernah ungkit – ungkit kembali, jangan pernah
berharap terlalu banyak, karena itu akan merugikan dirimu sendiri. LEPASKAN.
Dan biarlah Sang Pemilik Hati yang menentukan apakah cintamu benar – benar
layak baginya. Mencintai juga akan membuatmu turut mencintai orang – orang
dekat dari orang yang kau cintai. Bukan karena ingin mencari muka, tetapi
perasaan itu datang begitu saja. Mencintai akan membuatmu lebih santun kepada
orang lain yang kau temui. Mencintai akan membuatmu lebih ramah. Karena hatimu
telah begitu lapang, tak ada sesak, tak ada umpatan dan rasa harap yang
membual, karena yang kau tahu bahwa hatimu telah terpatri kepada sesuatu yang lebih tinggi, karena cintamu
bukanlah cinta semu, karena kau telah terpaku pada sandaran hatimu, Sang
Pemilik Hati, yang bisa membolak – balik hati. Dan aku sangat berterima kasih
pada-Nya telah menancapkan pada hatiku rasa cinta kepada seseorang yang aku
cintai tanpa membuatku lupa pada-Nya. Tanpa membuatku menderita karena bersedih
memikirkan balasan darinya. Karena aku tahu bukan aku dan dia yang memiliki
hati kami masing – masing. Bahwa bukan aku yang memiliki hatiku, dan tak juga
ia yang memiliki hatinya. Bahwa Sang Pemilik Hatilah yang memiliki hati kami
berdua. Maka kulepaskan pengorbananku untuk orang yang aku cintai kepada
sandaran hatiku, Sang Pemilik Hati. Apakah kau pun begitu? Maka cintailah dan lepaskan!
Teruntuk sandaran hatiku, Tuhanku
yang satu
Bersandar pada-Mu telah membuatku
berani mencintai
SSL
03-395
#Post Saudaraku.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar